Jumaat, 19 Jun 2009

Kemana Kita Menyeru

Oleh: Imam Hassan Al-Banna

MUQADDIMAH.
Barangkali telah banyak saudara berbincang dengan seseorang atau sekumpulan orang tentang berbagai
masalah. Saudara beranggapan bahawa apa yang saudara sampaikan itu adalah sesuatu yang jelas, terang
dan terperinci. Saudara akan menggunakan berbagai cara untuk menyampaikan sesuatu sehingga seluruh
isi hati dicurahkan bagi memperjelaskan sesuatu perkara. Dalam kontek ini saudara telah menyampaikan
kepada mereka akan kenyataan-kenyataan yang saudara lihat dengan jelas, seperti kata pujangga bagai
sinar matahari di siang hari. Setelah itu saudara rasa terpegun apabila semuanya menjadi jelas, tetapi
ternyata orang yang diajak berbicara tadi belum mengerti dan faham akan maksud saudara.
Perkara ini sering kali saya lihat berlaku, dan setelah dikaji dua masalah penting.
Pertama: Kebiasaannya yang sebagai neraca bagi suatu pembicaraan adalah diri kita sendiri, sehingga kita
tidak melihat kepada tanggapan pihak lain.yang sudah tentunya mempunyai beberapa perbedaan.
Kedua: Isi pembicaraan yang disampaikan terlalu sulit dan sukar difahami walaupun kita meyakini apa
yang telah disampaikan itu cukup jelas dan nyata.
NERACA
Risalah ini bermaksud menjelaskan kepada umum mengenai ruang lingkup gerakan dakwah Ikhwan
Muslimin serta matlamatnya, tujuannya, uslubnya, wasilahnya secara terus terang jelas dan nyata. Dalam
membahaskan perkara ini saya terlebih dahulu ingin penilaian terhadap penjelasan yang akan diutarakan.
Ini bertujuan agar perbahasan ini menjadi mudah dan jelas difahami – tidak dengan perbahasan yang sukar
dan berbelit-belit supaya para pembaca dapat mengambil faedah darinya.
Saya mengambil Kitabullah yakni Al-Qur'an sebagai neraca yang utama di dalam perbahasan ini. Dan
menyakini bahawa tidak ada seorang muslim pun yang berbeda pendapat dalam hal ini.
Dengan itu segala ilmu-ilmu yang terkandung di dalam Al-Qur'an, dapat ditimba dan digali dan
mengembalikan segala persoalan kepada hukum-hukum Al-Qur'an.
WAHAI KAUMKU
Al-Qur'an adalah kitab yang lengkap dan sempurna (universal). Di dalamnya, Allah telah menghimpunkan
prinsip-prinsip aqidah, asas-asas peraturan masyarakat (sosial), garis-garis besar syariat, peraturan
keduniaan dan mengandungi prinsip-prinsip perintah dan larangan. Persoalannya apakah umat Islam
sekarang telah mengamalkan kandungan Al-Qur'an, sehingga mereka benar-benar yakin terhadap apa yang
diturunkan oleh Allah dan memahami tujuan wahyu diturunkan? Apakah mereka mengamalkan peraturan
masyarakat di dalam kehidupan sehari- hari?
Dengan mengambil kesimpulan bahawa umat Islam telah pun mengamalkannya, ini bererti tanggapan kita
juga sama, dan kita telah mencapai kepada matlamatnya. Namun setelah dikaji dan diselidiki ternyata
sebenarnya kita masih jauh dari landasan Al-Qur'an, yakni telah mengabaikan ajaran-ajaran Al-Qur'an.
Lantaran itu kita mempunyai tugas dan tanggungjawab yang besar untuk mengembalikan semua umat
Islam ke jalan yang benar.

TUJUAN HIDUP MENURUT ALQURAN
Kemana Kita Menyeru
2
Al-Qur'an sebenarnya telah memberikan penjelasan kepada kita tentang tujuan hidup dan sasaran yang
harus dicapai di dalam hidup ini. Dengan tegas Al-Qur'an telah memberikan tanggapan kepada kehidupan
manusia yang hanya mementingkan soal makan dan minum (kenikmatan duniawi) sepertimana firman
Allah:
Maksudnya: "Dan orang-orang yang kafir itu bersenang- senang (di dunia) dan mereka makan seperti
makannya binatang-binatang. Dan neraka adalah tempat tinggal mereka”.
Demikian juga Al-Qur'an memberi penjelasan bagi umat manusia yang sibuk mencintai kebendaan yang
fana:
Maksudnya: "Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, iaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak
dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik
(syurga)''.
Al-Qur'an juga menjelaskan perilaku umat manusia yang suka menyebarkan fitnah dan memaparkan
kejelekan serta membuat kerosakan di atas muka bumi:
Firman Allah:
Maksudnya: "Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu,
dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penentang yang paling
keras. Dan apabila ia berpaling (dari mukamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerosakan padanya,
dan merosak tanam-tanaman dan binatang ternak dan Allah tidak menyukai kebinasaan ".
Itulah antara tujuan yang lumrah dikejar oleh umat manusia di dalam kehidupan di dunia. Semoga Allah
membebaskan kaum yang beriman dari perbuatan tersebut itu. Dan semoga Allah menganugerahkan tugas
yang lebih mulia dari seluruh perbuatan seperti itu. Yakni tugas memberi petunjuk kepada umat manusia,
membimbing kepada kebaikan dan memakmurkan dunia dengan risalah Islam, seperti seruan Allah di
dalam kitabNya:
Maksudnya: “Wahai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan
perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan. Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan
sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama
suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orangorang
muslim dari dahulu, dan (begitu pala) dalam (Al-Qur'an) ini, supaya Rasul itu menjadi ~aksi atas
segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kama pada tali Allah.
Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong ':
Berdasarkan penjelasan dari ayat di atas, Allah telah memberikan ruang yang begitu luas kepada umat
Islam agar membimbing umat manusia ke jalan yang benar. Begitu juga Al-Qur'an memberikan hak
menguasai bumi di dalam rangka melaksanakan segala suruhan Allah yang luhur itu. Justeru itu hak
kepimpinan dan peradaban di dunia ini mutlak menjadi milik umat Islam, dan bukannya peradaban Barat.

PERJUANGAN MUSLIM ADALAH PENGORBANAN
Allah juga memberikan penjelasan bahawa umat yang benar-benar berjuang demi untuk mencapai cita-cita
dan diperlukan sekali persediaan diri mengorbankan jiwa dan hartanya. Dan untuk terlaksananya dakwah,
maka perjuangan tersebut adalah merupakan satu-satunya jalan yang harus ditempuh.
Allah berfirman di dalam KitabNya:
Maksudnya: "Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min diri dan harta mereka dengan
memberikan syurga untuk mereka …”.
Kemana Kita Menyeru
3
Selain pergorbanan tersebut, umat Islam yang benar-benar menyampaikan risalah dakwah, harus bersedia
pula mengorbankan kepentingan dunia demi pahala yang akan diterima di akhirat. Oleh kerana itu sesiapa
sahaja yang terjun di bidang ini haruslah memiliki sifat-sifat sebagai seorang da'ie.
Penaklukan-penaklukan yang dilakukan oleh umat Islam pada zaman yang silam telah mencatatkan satu
peristiwa sejarah yang merupakan kesinambungan kepada kewujudan peradaban, kemajuan, pendidikan
dan pengajaran Islam. Tetapi apa yang pernah dilakukan oleh masyarakat Barat sekarang ini?
KEGIATAN MUSLIM YANG SESUAI DENGAN TUJUAN ISLAM
Demi Allah wahai kekasihku! Apakah benar umat Islam mampu mengerti maksud ini sesuai dengan
kehendak Al-Qur'an, sehingga jiwa mereka menjadi luhur? Dengan pengertian tersebut, bererti mereka
telah diri dari perhambaan kepada kebendaan diri dari segala bentuk kenikmatan yang berdasarkan hawa
nafsu. Begitu pula mereka telah bebas dari kongkongan kelazatan hawa nafsu dan syahwat, mereka
menjauhi perkara yang sia-sia dan tujuan-tujuan yang rendah dan hina. Mereka hanya membulatkan
haluan kepada Allah yang telah menciptakan bumi dan langit, dan berbakti meninggikan Kalimatullah di
samping berjuang di jalanNya mendakwahkan agamaNya serta mempertahankan syari'at agamaNya.
Atau apakah mereka menjadi hamba kepada hawa nafsu, mementingkan diri, tamak dan hanya
mengingatkan makanan lazat, kenderaan mewah, keindahan perhiasan, tempat tidur empuk dan wanita
cantik, serta kemuliaan pangkat? Atau seperti kata sya’ir :
“Mereka rela meninggalkan prinsip dan lari mencari keuntungan. Mereka berpura-pura berjuang, tetapi
kenyataannya kosong ”.
Alangkah benarnya perkataan Rasulullah :
"Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, dan celakalah hamba harta benda dunia".

TUJUAN ADALAH PRINSIP
Sebenamya tujuan jelas itu akan mendorong tingkah laku tetapi k kita masih belum dapat memahami pasti
'masalah tujuan ini. Dengan itu telah menjadi kewajiban semua untuk memberikan penjelasan kepada
mereka akan batasan-batasan secara jelas. Kita sudah menjelaskan secara panjang lebar di dalam risalah ini,
dan sependapat bahawa tugas kita ialah memimpin dunia dan juga membimbing umaat manusia kepada
peraturan-peraturan Islam. Dan bagi umat manusia, mustahil akan mendapatkan kebahagian tanpa
berpegang kepada peraturan Al-Qur'an.

SUMBER MATLAMAT KITA
Demikian risalah yang akan disampaikan oleh Ikhwan Muslimin kepada umat manusia. Umat Islam,
khususnya hendaklah memberikan galakan dan memahami seruan ini dengan tekad yang bersungguhsungguh.
Risalah ini, sebenarnya bukanlah tasawwur Ikhwan Muslimin, tetapi risalah yang memuatkan ayat-ayat Al-
Qur'an yang menampakkan secara jelas, intisari sirah Nabi Muhammad saw. dan para sahabatnya yang
mempunyai an-an khusus. Mereka adalah qudwah utama bagi pemahaman terhadap agama Islam dan
pelaksanaannya. Dan apabila umat Islam sanggup menerima risalah ini, maka ini suatu petanda iman dan
pemahaman terhadap Islam secara mendalam. Sebaliknya apabila umat Islam tidak sanggup menerima atau
terdapat keraguan di dalam hati, maka ketika itu Al-Qur'an akan menjadi penilai siapakah di antara kita
dan mereka yang menduduki tempat kebenaran.
Allah telah berfirman:
Maksudnya: "Ya Tuhan kami, berilah k~putusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) Engkaulah
Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya'.
Kemana Kita Menyeru
4
KEPUTUSAN
Banyak di antara rakan-rakan kita yang tercinta dan yang telah kita perjuangkan untuk kemaslahatan dunia
dan akhiratnya, dengan pengorbananharta dan jiwa. Mereka bertanya-tanya dan menyangsikan terhadap
perjuangan kita di dalam rangka mencapai tujuan yang selalu diidamkan oleh para Ikhwan, iaitu
membahagiakan kita dan rakan-rakan kita dengan mengorbankan harta dan jiwa dengan mengenepikan
kepentingan anak dan isteri.
Sebenarnya kita ingin sekali agar mereka dapat melihat secara langsung dari dekat kedudukan anggota
Ikhwanul Muslimin. Perlu mereka ketahui bahawa di malam hari ketika orang-grang lain sedang nyenyak
tidur, maka ketika itu pula anggota Ikhwanul Muslimin bangun sambil menggerakkan hati, mendekatkan
diri kepada Allah swt. Mereka akan melihat salah seorang dari pemuda Ikhwan tekun di pejabatnya sejak
dari waktu Asar sehingga jauh malam, bekerja, berusaha dan berfikir, begitulah keadaannya sepanjang
bulan. Ketika awal bulan tiba, maka hasil pendapatannya yang diterimanya disumbangkan sebagai sumber
kewangan jama'ah Ikhwanul Muslimin. Ia beranggapan dengan penuh sedar bahawa wang yang
disumbangkan kepada jama'ah bererti memberi nafkah kepada dirinya sendiri, sebab wang yang
dikeluarkan itu adalah untuk kepentingan da'wah. Dan tindakan terhadap orang lain yang tidak pernah
bersedia menafkahkan harta untuk kepentingan da'wah, selalu didasarkan pada firman Allah:
Maksunya : "Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku”.
Na'udzubillah. Apabila kita menginginkanbalasan keduniaan terhadap perbuatan kita di dunia, kita harus
sedar bahwa kita ini diciptakan untuk membaktikan diri terhadap kepentingan risalah dakwah ini. Sedang
pengorbanan yang kita sumbangkan itu, tidak lain hanyalah untuk mengharapkan agar mereka memahami
dakwah ini dan menyahut seruan kita.

SUMBER KEWANGAN
Banyak pula di antara rakan-rakan kita yang melihat dari dekat perkembangan perjuangan kita ini
mengajukan persoalan dari manakah kita memperolehi wang? Dan bagaimana pula mendapatkan wang
yang digunakan untuk memperkukuhkan seruan dakwah padahal dunia sedang dilanda kemerosotan
kemelesetan ekonomi, yang pada amalannya mata pencarian sangat sulit didapati, tambahan pula keadaan
sentiasa dalam kegentingan dan jiwa seringnya bakhil.
Terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut, kami akan memberikan jawaban, bahwa di dalam
menyampaikan risalah dakwah, yang menjadi tulang belakang ialah iman sebelum harta sedang bantuan
kewangan sebagai sokongan sahaja. Ini bererti aqidah yang abadi itu lebih diutamakan berbanding dengan
harta yang nantinya akan musnah. Dan selama iman masih tetap dipertahankan oleh umat Islam, maka
kejayaan akan semakin terserlah luas. Di dalam memberikan sumbangan kewangan kepada Ikhwanul
Muslimin ini para anggota terpaksa harus mengasingkan sebahagian daripada pendapatannya, dan hanya
membelanjakan keperluan rumah tangga secara sederhana dan berjimat cermat bererti mereka telah
membelanjakan hartanya di jalan Allah, bahkan seorang di antara mereka pernah mengatakan, andainya
Allah memberi kurniaan rezeki maka akan disumbangkannya kepada perjuangan. Dan bila anggota
Ikhwanul Muslimin tidak berhasil mendapatkan sesuatu untuk disumbangkan kepada perjuangan, maka ia
akan menangis kesedihan. Dan sebaliknya jika Allah memberi kemurahanNya, maka mereka akan
membelanjakan seluruh hartanya itu demi Islam.
Dengan harta benda yang sangat minima ini, tetapi dibajai dengan sikap iman yang teguh, kenyataan ini
adalah merupakan isyarat bagi kejayaan mereka yang berjuang secara ikhlas.Dan bagi Allah Yang Maha
Kuasa, pasti akan memberikan berkah bagi setiap sen wang yang dikeluarkan oleh anggota Ikhwanul
Muslimin untuk kepentingan dakwah.
Allah berfirman di dalam KitabNya:
Maksudnya: "Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah... "
Kemana Kita Menyeru
5
Maksudnya: "Dan apa yang kama berikan benrpa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan
Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)”.

Selasa, 2 Jun 2009

BERSIKAP ADIL

BERSIKAP ADIL

Adil atau keadilan adalah sebuah kata yang tidak asing lagi bagi kita semua.
Imam al-Mawardi (salah seorang ulama pengikut madzhab Imam asy-Syafi'i) berkata, dalam kitab beliau yang berjudul Adab ad-Dunya wa ad-Diin, "Sesungguhnya di antara perkara yang dapat membuat baik keadaan dunia ini adalah keadilan yang menyeluruh dan mencakup semua sisi kehidupan. Keadilan akan mengajak manusia untuk berbuat baik terhadap sesama, membangkitkan semangat untuk melakukan ketaatan kepada Allah Ta'ala. Dengan keadilan, dunia akan dipenuhi dengan kemakmuran, harta benda akan berkembang dan bertambah banyak, penguasa akan merasa aman dan pemerintahannya akan berumur panjang. Tidak ada sesuatu yang lebih cepat menghancurkan dunia dan merusak serta mengotori hati-hati manusia daripada kezhaliman yang merupakan lawan dari keadilan."

Adil adalah memutuskan perkara sesuai dengan ketentuan Allah Ta'ala dalam al-Quran dan ketentuan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam as-Sunnah, bukan hanya sekedar bergantung kepada akal manusia semata. Dengan pengertian ini dapat kita katakan bahwa hukum Allah memberikan kepada anak laki-laki sebanyak dua bagian anak perempuan dalam masalah pembagian harta warisan adalah hukum yang adil. Begitu pula hukum Allah membolehkan poligami dan mengharamkan poliandri dalam masalah pernikahan adalah hukum yang adil.

Adil juga didefinisikan sebagai sikap pertengahan antara meremehkan dan berlebih-lebihan dalam suatu perkara.

Adil merupakan salah satu sifat dari sifat Allah Ta'ala, sebagaimana adil juga merupakan salah satu sifat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dalam sebuah hadits yang shahih, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda, "Maka siapakah yang dapat berbuat adil jika Allah dan rasulNya (dianggap) tidak berbuat adil?" (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Seorang muslim memandang keadilan secara umum adalah termasuk kewajiban yang paling utama dan pasti, sebab Allah Ta'ala memerintahkan setiap muslim untuk berlaku adil di dalam firmanNya, "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat." (QS. an-Nahl: 90)

Allah Ta'ala mengabarkan bahwa Dia mencintai orang-orang yang senantiasa berbuat adil dalam firmanNya, "Dan berlaku adillah; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil." (QS. al-Hujurat: 9)

Allah Ta'ala memerintahkan kita untuk berbuat adil di dalam perkataan dan di dalam menetapkan hukum. Allah Ta'ala berfirman, "Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu)" (QS. al-An'am: 152)

"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil." (QS.an-Nisa': 58)

Oleh karena itu, seorang muslim yang baik akan selalu berusaha untuk dapat berbuat adil dalam perkataan maupun dalam perkara hukum. Ia akan senantiasa berbuat adil dalam segala urusannya sampai keadilan menjadi akhlak yang tidak terpisahkan darinya. Ia akan menjauhi segala macam bentuk ketidakadilan, kesewenang-wenangan, kezhaliman dan penyelewengan. Ia menjadi orang yang adil yang tidak condong kepada hawa nafsu, syahwat dan fitnah dunia.

Oleh karena itu, ia berhak mendapatkan ridha dan kecintaan Allah Ta'ala serta kemuliaan dan kenikmatan dariNya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda, "Sesungguhnya orang-orang yang adil di sisi Allah disediakan bagi mereka mimbar-mimbar dari cahaya di sisi kanan (Allah) Yang Maha Pemurah, Maha Agung lagi Maha Tinggi -dan kedua tanganNya adalah kanan-. Mereka adalah orang yang adil dalam menetapkan hukum, adil terhadap keluarga dan adil dalam kekuasaan." (HR. Muslim [1827])

Dalam hadits yang lain, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda, "Tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah dalam naunganNya pada (hari kiamat), hari yang tidak ada naungan kecuali naunganNya: imam yang adil, pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah, ." (HR. al-Al-Bukhari [660])

Keadilan memiliki banyak aspek yang dapat ditunjukkan, antara lain:

* Adil terhadap Allah Ta'ala, yaitu dengan tidak berbuat syirik dalam beribadah kepadaNya, mengimani nama-namaNya dan sifat-sifat-Nya, menaatiNya dan tidak bermaksiat kepadaNya, senantiasa berdzikir dan tidak melupakanNya serta mensyukuri nikmat-nikmatNya dan tidak mengingkarinya.

* Adil terhadap sesama manusia, yaitu dengan memberikan hak-hak mereka dengan sempurna tanpa menzhaliminya, sesuai dengan apa yang menjadi haknya.

* Adil terhadap keluarga (anak dan istri), yaitu dengan tidak melebihkan dan mengutamakan salah seorang di antara mereka atas yang lainnya atau kepada sebagian atas sebagian yang lainnya.

* Adil dalam perkataan, yaitu dengan berkata baik dan jujur tidak berdusta, berkata kasar, bersumpah palsu, mengghibah saudara seiman dan lain-lain.

* Adil dalam berkeyakinan, yaitu dengan meyakini perkara-perkara yang disebutkan dalam al-Qur'an dan as-Sunnah yang shahih dengan keyakinan yang pasti tanpa keraguan sedikitpun dan tidak meyakini hal-hal yang tidak benar yang menyelisihi keduanya.

* Adil dalam menetapkan hukum dan memutuskan perselisihan yang terjadi antara sesama manusia, yaitu dengan menjadikan al-Qur'an dan as-Sunnah sebagai sumber hukum dan pemutus perkara tersebut.


Di antara Buah Keadilan :

* Orang yang adil akan mendapatkan keamanan di dunia dan akhirat.

* Apabila orang yang adil berkuasa, maka keadilannya akan memelihara kekuasaannya.

* Keridhaan dari Allah Ta'ala terhadap orang yang adil.

* Orang yang adil tidak akan mengganggu dan menyakiti orang lain ataupun makhluk lainnya.

* Pemilik sifat adil berhak untuk mendapatkan kekuasaan, kemuliaan dan kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat.

* Keadilan akan membawa pemiliknya untuk berpegang teguh dengan kebenaran dan meninggalkan kebatilan tanpa ada basa-basi.

* Keadilan dalam Islam mencakup segala sisi kehidupan.

* Keadilan merupakan jalan menuju surga.


Abu Hurairah radhiallahu 'anhu meriwayatkan sebuah hadits dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa beliau pernah bersabda, "Pernah ada seorang lelaki yang membeli sebidang tanah dari seseorang. Kemudian sang pembeli menemukan dalam tanah tersebut sebuah bejana berisi emas. Ia pun berkata kepada sang penjual tanah, "Ambillah emasmu ini dariku karena sesungguhnya aku hanya membeli tanah darimu dan tidak membeli emas ini!" Sang penjual berkata, "Sesungguhnya yang aku jual kepadamu adalah tanah dan apa yang ada di dalamnya." Kedua orang itu pun pergi menemui seorang hakim untuk memutuskan perselisihann yang terjadi di antara mereka. Sang hakim bertanya kepada keduanya, "Apakah kalian berdua memiliki anak?" Salah seorang dari keduanya menjawab, "Saya memiliki seorang anak laki-laki." Adapun yang lainnya menjawab, "Saya memiliki seorang anak perempuan." Sang hakim pun berkata, "Kalau begitu, nikahkanlah anak-anak kalian! Kemudian manfaatkanlah emas ini untuk memenuhi kebutuhan kalian berdua dan bersedekahlah darinya!" (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Oleh : Herman Abul Hasan
Sumber: 1. Minhajul Muslim. 2. Mausu'ah Nadhratin Na'im.